Petualangan Bayangan Malam

Di sebuah desa kecil, malam mulai menyelimuti langit. Anak-anak desa, Rani dan Dika, berdiri di depan rumah mereka, bingung mencari kegiatan malam yang menyenangkan.

“Yuk, Rani, main petak umpet di luar rumah!” ajak Dika dengan semangat.

Rani menggeleng pelan, “Terlalu gelap, Dika. Kita tidak bisa melihat dengan baik.”

Dika berpikir sejenak, kemudian tersenyum cerdik, “Bagaimana kalau kita main teater bayangan?”

“Teater bayangan? Bagus ide!” Rani menanggapi antusias.

Mereka membuat panggung kecil di dinding rumah dengan lampu senter sebagai sumber cahaya. Dika memilih menjadi sang sutradara, sementara Rani bertugas sebagai pemeran.

Setelah beberapa kali pertunjukan, Rani berkata, “Dika, kita perlu menyegarkan ide kita. Bagaimana kalau kita menciptakan petualangan dengan bayangan malam ini?”

Dika mengangguk setuju. Mereka berdua mulai berimprovisasi, menciptakan karakter-karakter magis dan petualangan seru. Bayangan tangan mereka berubah menjadi pahlawan, monster, dan objek ajaib.

Saat puncak cerita, Rani berkata, “Sekarang kita akan menjadi dua bayangan yang bersatu!”

Dika dan Rani menciptakan bayangan besar yang menyatu di panggung. Mereka merasakan keajaiban dan kegembiraan melihat bayangan mereka bersatu.

Namun, tiba-tiba, ayah mereka, Pak Budi, muncul di pintu. “Apa yang sedang kalian lakukan di sini? Sudah malam, seharusnya kalian sudah istirahat.”

Rani dan Dika tertawa gugup, “Maaf, Pak, kami sedang membuat petualangan bayangan.”

Pak Budi tersenyum dan mengangguk, “Baiklah, tetapi setelah ini, waktu tidur, ya.”

Mereka semua tertawa dan setuju. Namun, sebelum beristirahat, Rani dan Dika menyadari betapa menyenangkannya petualangan bayangan malam itu, dan mereka tidur dengan senyuman di wajah mereka.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!