Hari itu, senja merayakan kehadirannya di desa kecil. Awan-awan berwarna pelangi menyaput langit, menciptakan warna-warni yang memukau. Di tengah keindahan itu, seorang anak perempuan bernama Maya terlihat berjalan sendirian, membawa tas kecilnya yang berwarna polos.
Langkah Maya terasa berat, dan senyumnya pudar. Teman-temannya, Rara dan Adit, memperhatikannya dengan cemas. Mereka menghampiri Maya, bertanya, “Maya, apa yang terjadi? Kamu kelihatan sedih.”
Maya menghela nafas, “Tas kecilku kosong, tidak ada apa-apa di dalamnya. Saya merasa seperti tidak punya sesuatu yang istimewa untuk ditunjukkan pada kalian.”
Rara dan Adit berpikir sejenak, kemudian bertukar pandangan penuh tekad. Mereka bersepakat untuk mengubah suasana hati Maya. Rara memberikan mainan burung kesayangannya, Adit memberikan cermin kecil yang berkilau, dan mereka berdua juga menemukan bunga kecil yang indah di pinggir jalan.
Dengan semangat, mereka menyusun rencana rahasia untuk mengisi tas kecil Maya dengan kejutan. Mereka ingin membuatnya tersenyum lagi.
Hari berlalu, dan pada suatu pagi, Maya membuka pintu rumahnya. Di ambang pintu, ia menemukan tas kecilnya yang berwarna pelangi terlihat lebih penuh dari biasanya. Ia memegangnya dengan heran, dan ketika membukanya, ia menemukan mainan burung, cermin kecil yang berkilau, dan bunga kecil yang indah.
Maya tersenyum bahagia. Rara dan Adit muncul dari balik pohon dengan senyum kemenangan. “Kami ingin tas kecilmu penuh dengan kejutan dan kebahagiaan, Maya. Ini semua untukmu,” ujar mereka.
Maya merasa hangat di hatinya. Tas kecilnya bukan lagi kosong, melainkan penuh dengan kenangan indah dan kebaikan dari teman-temannya. Di desa kecil itu, di bawah langit yang berwarna pelangi, persahabatan mereka menjadi cahaya yang menerangi setiap langkah mereka.